Post by amie2an on Mar 2, 2007 15:38:05 GMT 8
Subject: Airmata Rasulullah - Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi
>>Sakaratul
>>
>>
>>
>>
>>
>>Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang
dicontokan
>>Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
>>
>>Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun
>>enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas
>>memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan
>>cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan
dua
>>perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai
>>sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku,
>>akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri
dengan
>>pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap
sahabatnya
>>satu persatu.
>>
>>Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik
turun
>>menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
>>menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya
sudah
>>tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua
sahabat
>>kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
>>dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan
cergas
>>menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun
dari
>>mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana
pasti
>>akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu
rumah
>>Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang
terbaring
>>lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma
yang
>>menjadi alas tidurnya.
>>
>>Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
>>salam.
>>"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,
>>"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan
>>menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah
>>membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak
>>tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur
>>Fatimah lembut.
>>
>>Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.
>> Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak
dikenang.
>>"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang
>>memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,"kata Rasulullah,
>>Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
>>
>>Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril
>>tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya
>>sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
>>penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan
Allah?"
>>Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit
telah
>>terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka
lebar
>>menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak
membuatkan
>>Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
>>mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku
bagaimana
>>nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
>>mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa
saja,
>>kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
>>
>>Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh
>>Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
>>urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut
ini'.
>>Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di
sampingnya
>>menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
>>melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah
pada
>>Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat
kekasih
>>Allah direnggut ajal," kata Jibril.
>>
>>Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang
tidak
>>tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja
semua
>>siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah
mulai
>>dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
>>seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
>>"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - "Peliharalah
shalat dan
>>peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
>>
>>Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
>>berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
>>mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,
>>ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup
>>manusia mulia yang memberi sinaran itu.
>>
>>Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala
Muhammad
>>wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
>>
>>Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran
untuk
>>mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai
kita.
>>Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka .
>>Sakaratul
>>
>>
>>
>>
>>
>>Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang
dicontokan
>>Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
>>
>>Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun
>>enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas
>>memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan
>>cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan
dua
>>perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai
>>sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku,
>>akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri
dengan
>>pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap
sahabatnya
>>satu persatu.
>>
>>Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik
turun
>>menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
>>menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya
sudah
>>tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua
sahabat
>>kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
>>dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan
cergas
>>menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun
dari
>>mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana
pasti
>>akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu
rumah
>>Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang
terbaring
>>lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma
yang
>>menjadi alas tidurnya.
>>
>>Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
>>salam.
>>"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,
>>"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan
>>menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah
>>membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak
>>tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur
>>Fatimah lembut.
>>
>>Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.
>> Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak
dikenang.
>>"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang
>>memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,"kata Rasulullah,
>>Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
>>
>>Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril
>>tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya
>>sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
>>penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan
Allah?"
>>Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit
telah
>>terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka
lebar
>>menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak
membuatkan
>>Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
>>mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku
bagaimana
>>nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
>>mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa
saja,
>>kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
>>
>>Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh
>>Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
>>urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut
ini'.
>>Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di
sampingnya
>>menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
>>melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah
pada
>>Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat
kekasih
>>Allah direnggut ajal," kata Jibril.
>>
>>Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang
tidak
>>tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja
semua
>>siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah
mulai
>>dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
>>seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
>>"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - "Peliharalah
shalat dan
>>peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
>>
>>Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
>>berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
>>mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,
>>ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup
>>manusia mulia yang memberi sinaran itu.
>>
>>Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala
Muhammad
>>wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
>>
>>Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran
untuk
>>mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai
kita.
>>Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka .